Mandi Kramas Kejawen, Niat Bahasa Jawa dan Cara Mengerjakan Sampai Tuntas
Mandi kramas biasanya digunakan saat akan menjalani sebuah tirakat tertentu, termasuk akan melakukan Sholat Fardu juga diwajibkan untuk mandi wajib (kramas), namun terdapat perbedaan dalam niat dan cara mengerjakanya dengan yang mengunakan bahasa Jawa (kejawen).
Sedagkan bila diambil dari mandi wajib Islam pastinya sudah umum diketahui dengan Niat:
"BISMILLAHIRAHMANIRAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF'IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA'ALA."
Artinya:
"Dengan menyebut nama Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta'ala."
Tapi berbeda bila mandi kramas dengan niat bahasa Jawa, dimana biasanya ini dilakukan sebelum menjalani berbagai olah kebatinan seperti Puasa Mutih, Patigeni, Lelono, Ngidang, Ngerowot dan lain sebagainya.
Sebelum menjalani diwajibkan untuk mandi kramas dulu supaya wadah kasar menjadi bersih, menjalaninya juga biasanya tepat jam 12 malam saja dimana dikerjakan sebelum membuka puasa utama yang akan dijalani.
Untuk mengerjakanya sudah pasti harus mengetahui juga niatnya, sedangkan cara melakukanya tetap sama seperti mandi wajib Islam diatas tadi, namun ada yang dikhususkan yaitu mengunakan basahan dengan kain putih yang bersih atau hitam dan ada juga yang tanpa mengunakan sama sekali.
Sedangkan untuk niat mengerjakanya, ini berdasarkan pengalaman pribadi saat akan melakukan mandi tersebut dan dibawah ini niatnya:
Niat ingsun adus angedusi badan kayun manggih toya robani, dus lali dus mani badan adus den dusi padha badan, roh adus den dusi padha roh, sukma adus den dusi padha sukma. Dzat teles sukma alam dzat urip tan kena kawoworan urip sajroning karsa, ingsun adus banyu saking kodratullah. Byurrrr njaba suci njeroning badan robani, Allahu sakarsa, Allahu alaihi wassalam.
Bacaan diataslah niat dari mandi kramas Kejawen yang pada umumnya digunakan.
Termasuk saat akan menjalani olah batin menjadi seorang Pawang Jaranan yang diberikan berbagai macam Mantra untuk mengolah acara yang akan dilangsungkan dan hampir semua ilmu yang digunakan untuk menjadi Boponya.
Untuk yang akan menyambut memainkan tarian Jaranan, biasanya juga akan dipesani untuk melakukan mandi kramas Kejawen terlebih dahulu pada malamnya dan barulah berkumpul diacara keesokan harinya, namun ada juga yang tidak dipesankan dan memperdulikan untuk melakukan hal yang dianggap sepeleh.
Begitu juga yang akan kesurupan jaranan dan meminta berbagai mantra dari Pawang, saat digunakan sama sekali tidak berfungsi padahal penyebab tidak mau masuknya Indang terkadang juga sepele karena wadah kasarnya terkena hal yang najis sehingga banyak Endang yang menolak untuk merasuki raganya.
Tapi kalau hanya masih sebatas untuk Ndadi Jaranan dengan mengunakan mandi wajib secara Islami dan Kramas Kejawen tetap sama tujuanya membersihkan wadah kasar (tubuh) dari najis, tapi bila khusus tentu akan berbeda dan lebih dalam lagi.