Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ajian Waringin Sungsang, Bagaikan Pohon Beringin Yang Ke Bawah

Menyimbak Brahma Kumbara Prabu Madangkara, yang jatuh terkena manfaat dari apa itu Ajian Waringin Sungsang yang dimiliki oleh prajurit Guntala sekaligus Brahma dikalahkan oleh Ajian Serat Jiwa pada masa sesudah kejayaanya.

mengetahui kedasyatan Ajian Waringin Sungsang

Namun menilisik dari kekalahan tersebut, sampai sekarang masih banyak Pemuda yang mempelajari dan menguasai Ajian Waringin Sungsang untuk pertarungan secara kontak.

Tapi disayangkan untuk kekuatan dari energi ilmu ini, sudah pasti tidak sehebat masih dimiliki oleh pemiliknya yaitu Ki Pasopati.

Walaupun begitu untuk olah kanuragan, ilmu ini masih tetap dipelajari karena memang terdapat banyak kesaktian yang setara dengan ilmu tingkat tinggi.

Sebut saja sebuah pertarungan kontak, dimana masing-masing petarung memiliki ilmu kebatinan, sudah pastikan akan terjadi gesekan pertarungan antara ilmu yang beradu.

Dimana orang yang lebih tinggi memiliki Ajian dan ilmu kebatinan sudah pasti akan memenangkan pertarungan, hampir sama layaknya di UFC yang lebih kuat secara fisik dan taktik akan keluar sebagai pemenang, hanya saja peraturan keilmuan dengan UFC tetaplah berbeda karena tanpa wasit juga bebas untuk mengunakan apapun termasuk lari sekalipun.

Dengan mengetahui kedasyatan Ajian Waringin Sungsang, pastinya tidak heran lagi kan kenapa masih banyak yang mempelajari ilmu ini sampai sekarang, karena terdapat sejarah yang menceritakan secara tuntas terciptanya ilmu ini.

Seluk Beluk Ajian Waringin Sungsang

Terciptanya Ajian ini bukan tanpa penguasaan yang jelas dengan berbagai kekuatan seperti layaknya Brahmah Kumbara, dimana pada masa kejayaan Madangkara Brahma dianggap sebuah titisan Dewa pada Agama yang masih terbilang kental saat itu.

Karena keampuhan Ajian seseorang, setiap yang memiliki kemampuan sudah pasti akan terus mempelajari ilmu lainnya supaya bisa menandingi dari Ajian lawannya.

Terciptanya Ajian Waringin Sungsang, bukan tanpa sebab karena hanya untuk mengalahkan ilmu yang dimiliki oleh Brahma Kumbara.

Bukan hanya dari satu serangan saja tapi ada bantuan dari Ajian Serat Jiwa, kekalahan Madangkara inilah lalu pindah kekuasaan kepada Gandika dari Kerajaan Gentala.

Tapi karena Brahma Kumbara adalah titisan Dewa, tentu akan mendapatkan bantuan dari sang hyang pada masanya, dan akhirnya Madangkara kembali berhasil direbut oleh Brahma Kumbara namun Ajian Waringin Sungsang tetaplah tersebar hingga sekarang.

Apa Itu Ilmu Ajian Waringin Sungsang

Bila dirincikan secara bahasa adalah Waringin pohon Beringin dan Sungsang arah yang Terbalik atau Nyungsang, karena ini Ajian penyebutan hanya berdasarkan mencirikan saja yaitu Pohon Beringin Yang Terbalik.

Secara nyata memang itu tidak masuk akal, ada pohon yang berbentuk terbalik dimana atas menjadi bawah dan sebaliknya.

Tapi disikapi secara prilaku, dimana Manusia harusnya berfikir bahwa tidak ada akan ada baiknya selalu menjulang tinggi ke atas, tapi akan ada masanya untuk baik turun ke bawah.

Pengartian simpelnya seperti ini, tidak ada guna kesombongan tinggi tapi bersikaplah kebawah setara dengan Manusia lainnya.

Jadi Ajian Waringin Sungsang sebenarnya adalah Simbol yang mengarahkan kebaikan untuk yang mempelajari ilmunya, namun tetap akan ada kemampuan dalam hal bertarung.

Manfaat Ajian Waringin Sungsang

Sekilas diatas tadi, bahwa manfaat dari Ajian ini adalah untuk kebaikan setiap yang menguasai untuk dibawa kepada kehidupannya.

Sedangkan untuk hal kebatinan justru Ajian Waringin Sungsang meliputi berbagai kemampuan seperti.

  • Kebal serangan senjata
  • Tahan terdapat pukulan dan tendangan
  • Mampu beradu kekuatan tenanga dalam
  • Menjatuhkan lawan tanpa menyentuh
  • Pukulan mematikan lawan pertarungan
  • Mengirimkan serangan jarak jauh
  • Dan meliputi kekuatan lainnya.

Hanya saja tidak semua orang bisa dengan mudah mendapatkan kemampuan diatas, dibutuhkan waktu untuk mempelajari sampai berhasil dan bisa mengunakanya untuk berbagai keperluan.

Untuk bisa mempelajarinya, hal pertama yang harus diketahui adalah mantranya sebagai kunci pembuka untuk bisa mengunakanya.

Mantra Ajian Waringin Sungsang Dari Kitab Asli

Niat ingsun amatek ajiku Waringin Sungsang wayahipun tumuruna, ngaubi awak mami tur tinuting bala pinacak suji kembar pipitu jajar maripit asri yen siyang angker kalane wengi.

Duk samana akempal kumpuling rasa, netraku dadi dingin, netra ningsun emas, puputihe mutyara, ireng-ireng wesi manik, ceploking netra, waliker uda ratih.

Idep ingsun kekencang bang ruruwitan, alisku sarpa mandi, kiwa tengen pisan, cupakku surya kembar, kedepku pan kilat tatit, kang munggeng sirah, wesi kekenten adi.

Rambut kawat sinomku pamor anglayap, batuk sela cendani, kupingku salaka, pilingan ingsun gangsa, irungku wesi duaji, pasu kulewang, pipiku wesi kuning.

Watu item lungguhe ing janggut ingwang, untuku rajeg wesi, lidah wesi abang, aran wesi mangangkang, iduku tawa sakalir, lambeku iya, sela matangkep kalih.

Guluku-ningsun paron wesi galigiran, jaja wesi sadacin, pundak wesi akas, walikat wesi ambal, salangku wesi walulin, bauku denda, sikutku pukul wesi.

Asta criga epek-epek ingsun cakra, cakar wok jempol kalih, panuduh trisula, panunggulku musala, mamanisku supit wesi, jentikku iya, ingaran pasopati.

Bebokongku sela ageng kumalasa, akawet wesi gilig, ebol-ingsun karah, luput denda kang tinja, balubukan entut mami, uyuhku wedang, dakarku purasani.

Jembut kawat gantungaku wesi mentah, walakang wesi gapit, pupu kalataka, sungsum ingsun gagala, ototku gungane wesi, ing dalamkan, ingaran kaos wesi.

Sampun pepak sarira-ningsun sadaya, samya pangawak wesi, pan ratuning braja, manjing aneng sarira, tan ana braja ndatengi, dadya wiyana, ayu sarira mami.

Ana kidung sun-angidung bale anyar, tanpa galar asepi, ninis samun samar, patining wuluh kembang, siwur burut tanpa kancing, kayu trisula, gagarannya calimprit.

Sumur bandung sisirah talaga mancar, tibeng jaja ajail, dinding endas parah, ulur-ulur liweran, tatambang jaringing maling, dadal dadnya, gagulung ing gagapit.

Naga raja pangawasan manik kembang, kembang gubel abaji, tajem neng kandutan, udune sarwi nungsang, kurangsangan angutipil, angajak-ajak.

Cara Mendapatkan Ajian Waringin Sungsang Sendiri

Untuk mempelajari ilmu ini ada baiknya di dampingi langsung seorang guru dari pada mempelajari sendiri, karena membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya.

Dimana tahap awal dibutuhkan Puasa Mutih 3 hari dan Patigeni sehari semalam.

Tahap awal ini hanya masih berstatus untuk memasuki menerima khodam mendekati Anda sebagai pengamal Ajian Waringin Sungsang melalui membaca mantra diatas tadi.

Setelah memasuki tahap berikutnya akan bertambah berpuasa mutih saja tanpa matigeni, tirakat ini akan bertambah terus sampai penyempurnaan ilmu yang dipelajari.

Jadi sangat dibutuhkan untuk memiliki seorang guru, tanpa yang membimbing tentu kita seperti salah arah dalam mempelajari sebuah ilmu.

Kalau berhasil yang mungkin memang terdapat kecocokan dengan ilmu yang sedang dipelajari, dan bila gagal kan jadi masalah sudah puasa tidak makan minum berharap bisa mengunakan Ajian Waringin Sungsang isinya menerima kegagalan.

Berbeda bila ada guru yang sering mengawasi, berhasil atau tidaknya nanti pasti akan mendapatkan pencerahan.

Tapi bila masih berniat untuk mempelajari secara sendiri saja ya tidaklah mengapa yang penting sing yakin, kalaupun mendapatkan yang gagal yo sing sabar.